Suamiku bukan lelaki romantis, apalagi pamer kemesraan, ngak ada titipan kata I love U disetiap jalan, kalau bukan aku yang memulai.
Tapi dia tahu caranya menjaga dan aku dari segala kegelisahan dan trauma kehidupan, dan selalu bersedia memaafkan setiap aku berbuat kesalahan.
Kadang sadar tidak sadar, aku selalu membandingkan dengan lelaki lain yang bukan suamiku. Tetapi kembali aku disadarkan dengan ketulusan kasih sayangnya, kalau cinta baginya bukan untuk di umbar atau dibandingkan, apalagi dijadikan pameran.
Baginya cukup cinta dirasakan dan dijalani, dan semakin aku sadari, suamiku adalah Imam yang telah Allah takdirkan buatku karena dialah tulang rusukku, karena dia paham ketika aku terluka, ketika aku nakal dan ketika aku butuh pemulihan.
0 komentar:
Posting Komentar