Kamis, 31 Desember 2015

Etika Berkendara Bagi Perempuan

Tulisan ini sebenarnya sudah kisaran sebulan lebih belum dipublish, pas lihat dokumen ada beberapa yang belum ke publish, sekalian saya publish tulisan ini sehubungan dengan keaktifan tugas sore selepas ngajar nyambung antar anak-anak ke tempat lesnya.

Kenapa meski perempuan yang ditekankan etika berkendara. Secara yang buat tulisan juga perempuan...😊 jadi sedikit banyak tau binggo secara tahunan berkendara motor...heeem! Dan personal survei meyakini lebih banyak perempuan pembuat ulah semraut berkendara dijalan. Bukan serta merta perempuan bersalah paling banyak dalam berkendara. Sering juga saya menemukan pengendara laki-laki yang emosional mengendarai kendaraan, bahkan bikin celaka pengendara lain.

Bahasan saya kali ini maah bisa dibilang sepele, tapi penting! Kenapa penting hayoo? Jelas bisa bikin masalah besar buat pengendara lain! "Dimana masalahnya?"...

Begini saudara-saudaraku....persis dua jam lalu, sebel deh! Pas tiap sore dua minggu belakangan ini sore saya padat merayap, pulang ngajar, sampai dirumah duduk, sambil ngobrol atau ngerjain apa gitu...nunggu anak-anak siap berangkat ngaji sama berenang. Selesai renang, giliran Miki (mau 7tahun) ngaji malam. Jadi saya meski perhitungkan jam-jamnya supaya ngak terbengkalai.

Selesai antar Miki, giliran papa yang bertugas nunggu miki selesai ngaji, jadi...saya bisa pulang sama lani lebih cepat, mampirlah ke warung sayur dekat TK emily. Sebelum sampai lokasi, terjadilah hal yang tidak mengenakan, perasaan saya sudah ngak enak merhatiin pengendara motor depan dengan dua penumpang. Terlihat kurang bisa berkendara.  Kejadian! Kendaraannya jalan pelan dan tiba" rem mendadakan bikin beberapa jejeran motor dibelakang saya panik dan marah, ditambah teriakan. Mereka semua awalnya menyalahkan saya, dipikirnya saya pembuat masalah. Sedangkan  saya yang ditegur  dari belakang, sampai melolot. Huh sebal banget, padahal yang jelas" salah motor depan belok seketika tanpa memberi aba-aba atau sign.

0 komentar: