Kamis, 04 Desember 2014

Sepeda Ontel

PAaaah jadi inget masa-masa mengayuh sepeda ini, ingat semangatku kala itu. Mengayuh tanpa lelah, targetku cuma dua, sampai tidak terlambat dan jemput tak pernah telat.

Tepatnya lima tahun lalu, kala itu lani masih duduk di TK A. Sekolah diarea tepatnya masa kexilku dulu ketika aku semangatnya mencari jajan bersama kakak-kakak. Sumber artha (dukunya kami menyebut jalan Kincan). Tiap kali kulewati jalan menuju sekolah anak kami Lani, selalu membawa memori menyenangkan ketika kecil, SD kala itu! Kami sering sekali menelusuri jalan itu, dari berjalan berjualan makanan pagi keliling bersama kakak, dengan lantang menjajakan "gemblong! Gemblongm kue...kue". Membeli bahan jualan es orson, sampai jual hasil panen sayuran (yang kadang aku dapat dari lahan sebelah rumah uang nganggur..hehehe).

Kenakalan anak-anak ada saja saat itu, tetapi inilah yang membuat kami berpikir untuk mencari uang saku buat kebutuhan dan jajan sendiri.

Setiap kali, sesaat kupandangi jalan dan kelokan kampung yang berubah semakin padat seketika itu juga memoriku berputar kemasa kecil. Sepeda mirip ontel hitam begitu ringan kunikmati, sehingga tidak ada rasa lelah sedikit pun aku kemudi bersama putri sulung kami "lanika". Kusempatkan selalu menyapanya untuk berjaga-jaga "lani, pegang mama yang kuat", sahutnya: "iyah, ma". Anak mungilku ini begitu mengerti ketika mama sedang mengandung calon emily adiknya. Kandunganku masih muda, baru kisaran 2 bulanan.

Aku minta dibelikan sepeda dengan alasan 'ngirit'. Dihitung-hitung bila naik omprengan Rp.2500,- sedang kan PP Rp. 5000,- sampai disekolah lani, belum lagi kami meski berjalan dari rumah kepangkalan omprengan jalan besar makan waktu juga. Sehingga kuputuskan sampaikan ke suami: "kalo aku antar selama sebulan kisaran Rp. 120.000.-, lebih baik kita punya sepeda saja!". Bersyukur suami setuju dan inilah yang menjadi kendaraan pertamaku selama ini, "sepeda semi ontel hitam".

Mujizat, aku tidak terasa lelah dam kondisi hamil tetap mengayuh hingga usia kandungan jelang 7 bulan. Aktivitas tambahanku kala itu penulis amatir. Karena aku sempat berhenti bekerja untuk beberapa waktu, karena kondisi perusahaan yang tutup alias gulung tikar.

Ada saja guyonan ibu-ibu orangtua/wali murid yang sekedar bercanda atau mencibirku dengan sepeda ontel dengan kondisi hamilku. Pikirku "badai pasti berlalu, yang diomongin berarti orang penting...hahaha.... berjalannya waktu, perutku kian membesar, bersyukur ada pembantu yang siap membantuku ketika aku menjemput lani bergantian menjaga Mikhail, juga diwaktu tertentu di mau membantu antar dan jemput.

Lahirnya Emily, menambah berkah luar biasa hadir dirumah kami. Si mbak sudah mau menggantikan menjemput Lani. Dan hingga saatnya selanjutnya motor kumilki, sepeda mini ontel mulai berkurang aktivitasnya, kini aku sudah mamu menjemput lani dan membawa miki serta dimotir, oo iyaaah..... sewaktu aku jemput lani dengan ontel, begitu perhatiannya mama dan papa, makasih mam..pap! mereka membelikan aku kursi rotan buat duduk tambahan Mikhail bila ku ajak jemput kakak. Segala proses ini begitu indah kunikmati, tiap harinya adalah lembaran ceritaku.

Hingga waktunya kami sudah pindah di tempat sangat dan lebih nyaman, dengan kini kami milikin dua kendaraan motor (sebelumnya sempat hilang satu motor vario cdr ditempatku ngajar) adakah barkah luar biasa dalam hidupku, meski kendaraan mobil milik perusahaan tetapi tetaplah patutu kusyukuri nikmatny dengan proses hidupnya dipenuhi ridhonya.

Akhirnya sudah waktunya sepeda ontel ini kuhibahkan ke asisten cowok antar-jemput (dia adalah adik dari mbak pembantuku dahulu kala miki 3 tahun dan emily dari bayi merah), pada saat kuberi terpikirkan olehku "dulu kakakmu telah berjasa menjaga dan membantu kami, dan kini sepeda ini miliknya pengganti sepedanya yang hilang beberapa waktu lalu".

Sepeda yang berjasa menemani tiap sudut jalan kenanganku kini menjadi bekal kebaikanku buat orang yang lebih butuh, terima kasih ontel hitamku..

0 komentar: