Kamis, 01 Januari 2015

Tengah Malam Tahun Baru 2014

Aku masih terjaga jelang tengah malam, ada gundahku terjerembab mengingat persis setahun lalu. Ketika itu, kami genap srtahun tinggal diperumahan Mansion ini. Dimana aku berusaha mengakrabkan diri dengan tetangga. Mengikutsertakan acara makan bersama dengan urunan biaya makan, menyenangkan memang. Tetapi sudah mulai kurasakan kurang harmonisnya hidup bertentangga disini. Meski telah kujumpai beberapa dibeberapa tempat tinggalku sebelumnya.

Hanya beberapa anggota keluarga yang ikuserta dalam beberapa acara, sebagian lagi hanya berdiam dirumah dan ada juga yang asik dengan acara pribadinya. Kondisi kami memiliki anak tiga beberapa kali pemicu kecohnya pertemanan anak-anak, kadang menjadi memicu orangtua tertentu kurang nyaman memandang aku sebagai orangtua dan mereka sebagai anak. Hahaha...kadang aku suka geli dan ngedumel sendiri, kok masalah anak ajah orangtua ikut campur malah kadang ikut-ikutan sebal sama anak kami! Namanya juga anak, tinggal kita mengarahkan.

Dibalik itu semua, ketidaknyamanan bertetangga mereka seringkali bagi dengan saling bergosip satu dengan lainnya, entah pembenaran diri atau apalah, tapi buatku justru ini acuanku untuk lebih berhati-hati bertetangga dan mencari teman dekat tetangga.

Tapi tidak dengan tetangga seberang rumahku, persis sebelah kanan. Almarhumah Bu Asmani, sosok ibu yang begitu hangat buatku. Tak hentinya aku jika mengingatnya meneteskan airmata, seperti kangen berharap lebih dekat mengenalnya. Setahun lalu tepat dimalam tahun baru jam 12.00wib, kuputuskan kebalkon rumah tingkat atas. Ternyata telah kudapati alm, bu Asmani disana, begitu merenungi malam. Sapaanku berkesan biasa,  justru mengusik keberadaannya menikmati malam dibalkonnya. Aku berusaha menghindar dalam kesendiriannya, seorang perempuan tegar menikmati kemang api melepas tahun sendirian tidak terganggu dengan kami sebelumnya kumpul acara.

Almarhumah banyak memberiku tanda, tanda dan peringkatan untuk bertentangga seperlunya. Disini beda, hidup mandiri dan apa adanya lebih baik daripada turut campur dan mengenal lebih jauh mereka.

Ya, entahlah. Kulakukan kini hanya berusaha baik dan menjaga kerukunan bertetangga dan tidak akan dam mau di usik. Tepat dimalam tahun baru kemaren aku terjerembab dalam keheningan bersama dua putriku yang lebih dalulu tertidur lelap. Tetapi ketika pelepasan malam tepat di jam 12.00wib justru kali ini yang ada ketakutanku, seperti langit ingin runtuh, bom di Afganistan seperti diberita-berita terdengar dimana-mana. Perang terhadap napsu disebarkan dan dibuang keudara. Kini ketakutan yang hinggap dibenakku, bukan lagi ambisi dan keinginan hura-hura melepas tahun baru.

Aku ingin kami sekeluarga mendatang tidak membuang segalanya percuma, berhambur dengan kemeriahan. Tetapi doa penutup dan pembuka tahun. Bukan lagi ambisi tahta dan karir saja, aku ingin menjadi orang yang berguna, terutama buat keluarga dan orang lain dengan segala ilmu dan bekal yang kupunya.

Semoga pembuka tahun menjadi harapan baru agar keluargaku lebih Islami, suami diberi kebijaksaan dalam jiwa Islami, anak-anak lebih cerdas dalam Islam serta membawa bekal kecerdasan sosialnya. Dan aku mampu melalui dan melampui kuliahku serta berbagi ilmu. AMIN

0 komentar: