Menapaki perjalanan Baitullah (Part II)
Hijrah dan Umroh, dua perjalanan
yang menghiasi jelang tahun 2014 saya. Pertama
hijrah, perjalanan ini membawa kisah tersendiri bagi kami. Tahun 2012-2013
adalah tahun terberat yang meski saya dan suami hadapi, cobaan, penolakan,
fitnah dan pertikaian muncul beriringan seiring saya ingin mengwujudkan
perjalanan umroh kakak dan Ibu. Hingga saya harus menarik diri dari pertemanan
dan media sosial. Hal terkejam pernah saya perbuat terhadap suami dan ternista
yang dilakukan seorang anggota keluarga dalam memfitnah status penulisan saya
di FB. Menggiring saya semakin memahami arti ketulusan dan makna berkeluarga.
Biarlah ini menjadi kisah tersendiri dalam lembaran hidup hingga saya mampu
mengukir kata: “ Kakak dapat menemani ibu berangkat umroh” .
Uang yang saya terima dari kakak sebesar
Rp. 20 juta (termasuk uang untuk keberangkatan mama yang kami dapati dari
urunan antara kakak perempuan) untuk membayar umroh di travel sebelumnya yang
lenyap dengan total Rp. 35 juta termasuk membarangkatkan Bapak mertua yang kami
telah siapkan, harus kembali kami dipersiapkan untuk membayar keberangkatan ke travel perjalanan umroh/haji terpecaya. Perkenalan dengan Travel bunda Salwa pada peristiwa penipuan
perjalanan umroh sebelumnya, mendorong saya meyakinkan suami dan lainnya agar
mereka berangkat bersama travel bunda dengan biaya sesuai. Bersyukur Tth
Desi tidak meminta kami membayar ganti
kerugian yang menimpanya dan bersedia membayar full untuk berangkat umroh
bersama mama, tanggung jawab kami cukup membayar uang umroh mama dan Bapak.
Disinilah saya semakin menyadari
ketulusan suami untuk mendukung dan membenahi kesalahan menjadi tanggung jawab bersama.
Suami bersedia membayarkan perjalanan umroh dari sebagian pinjaman kantor. Berbarengan
dengan tujuan memberangkatkan umroh orangtua, kami juga dalam proses penjualan
rumah, saya meyakinkan suami jalan terbaik adalah pindah dan menjauh dari
persoalan konflik keluarga yang seperti benang kusut. Allah maha segalanya, keikhlasan suami dan
kerukunan kami dalam menjalani proses musibah ini membuah hasil sebelum mereka
berangkat umroh rumah kami laku terjual dengan harga yang sesuai, sehingga kami
dapat melunasi pembayaran hutang pinjaman kantor sebelum keberangkatan umroh. Tujuan
memberangkatkan orangtua kami membawa berkah luarbiasa, bersyukurnya lagi kakak
saya tth Desi, dengan ketulusannya bersedia menemani mama berangkat, karena
saya yakin saat ini hanya dia lah yang mampu menemani dan mengerti kondisi
bathin mama.
Dok. Pribadi: Suasana jelang siang di area Baitullah |
Kesabaran, ikhtiar, ikhlas dan
pembenahan diri menjadi proses panjang dalam kurun waktu jelang 2013. Sepulang
Orangtua umroh, ada kebahagian tersendiri buat kami, dibenak saya terbesit: “Terima
kasih Allah mengijinkan mama datang ke baitullahMu” akhirnya mama bisa kesana
dengan pengalaman spiritual tersendiri. Mama sempat tercengang dengan kepindahan kami
di kontrakan. Mama ‘lah yang paling tidak setuju kami pindah, dengan alasan
pribadi dan hanya mama yang mengerti alasannya, tidak yang lainnya!
Disinilah semakin saya sadari,
Allah membuka pintu kerumahNya... Baitullah membawa kisah tersendiri dalam
perjalanannya. Cukuplah kita bersyukur disetiap titian langkah menjadikan
hitungan disisiNya.
0 komentar:
Posting Komentar