Rabu, 18 Maret 2015

Semua Anak Terlahir Istimewa


"Anak Bukan Kertas Kosong"
Ketika saya memulai membaca buku ini, saya seperti menampar wajah saya sendiri. Malu, cemas dan gelisah kepada perilaku mendidik yang saya lakukan kepada anak-anak kami selama ini. 

Terlebih, kami kecenderungan lebih menjadikan anak-anak adalah kertas kosong yang harus diberikan asupan ilmu dan pendidikan dengan apa yang saya ajarkan. Buku ini begitu luar biasa, membuka mata bathin saya agar secepatnya merubah paradigma pendidikan anak-anak dirumah, serta nantinya untuk pendidikan anak didik. Mereka semua istimewa, mereka lahir dengan membawa bekal kekayaan sendiri. Dan tugas serta tanggung jawab orang tua dan pendidik adalah mengarahkan dan membuka jendela pengetahuan bagi mereka.

Meski sebagai orangtua, khususnya ibu dalam mendidik tidak semua yang saya lakukan salah tetapi dengan membaca lembar demi lembar buku ini (kadang saya ulangi kembali lembaran yang meski saya cerna lebih dalam apa maksud dari penyampaian Pak Bukik dalam istilah dan bahasa informasinya) membuat saya semakin menyadari begitu indahnya ciptaan Tuhan yang disebut anak. 

Tiap aktivitasnya yang kadang kita menyebutnya kenakalan, justru adalah berujung pembelajaran. Tiap waktu yang dibuang ketika melupakan waktu yang kita atur untuk menyelesaikan tugas dan aktivitasnya diluar bermain, justru disanalah mereka menemukan dunia yang disebut aktivitas kebahagian yang membawanya kepada pembelajaran yang lebih berarti. 

Saya ingat kutipan tulisan Bpk. Bukik: 
"Pendidikan bukanlah menamankan, tetapi justru MENUMBUHKAN. pendidikan bukanlah menginginkan anak memiliki pengetahuan seragam atau bukanlah mengubah beragam keistimewaan anak menjadi seragam, melainkan mengajarkan MENSTIMULASI anak untuk menjadi dirinya sendiri. serta pendidikan bukanlah memberikan tekanan dari luar, melainkan menumbuhkan keistimewaan bagi anak agar menjadi orang yang mandiri dan bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Pendidikan yang menumbuhkan adalah proses mendidik memanusiakan, proses yang membuat anak menjadi manusia seutuhnya".

Dalam buku ini, Bpk. Bukik banyak mengupas mengacu pendidikan yang telah diajarakan Ki Hadjar Dewantara, secara pribadi saya hanya mengetahui Ki Hadjar Dewantara sebagai tokoh pendidikan dengan buku ini begitu apik dan detailnya Bapak Bukik bersedia menjelaskan secara detail pendidikan yang diajarkan Ki Hadjar dengan referensi kekinian dan terus berlanjut sampai kapanpun. 

Seperti yang disampaikan Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa keluarga adalah pusat dan keadaan terbaik bagi pendidikan anak, disinilah kita sebagai orangtua patut menyadari dan menerima tantangan dunia bahwa kita akan memberikan pendidikan sebaik mungkin yang kita miliki dan pelajari terus menerus agar anak-anak mampu berada dan beradaptasi dengan lingkungan diluar rumah dengan lebih mandiri dan berdikari. Pendidikan adalah membuat jiwa anak menjadi lebih kreatif dan menjadikan anak berakhak dan bermoral. semoga kita sebagai orangtua selalu mampu berusaha mengimbangi pendidikan kekinian.

Lagi-lagi saya tercengang ketika pak Bukik katakan: "Ketika anak berprilaku baik hanya karena perintah dan hukuman, sebenarnya kita telah gagal dalam mendidik anak, gagal menyiapkan anak untuk hidup mandiri". Benar saja, saya berulang kali meminta anak saya untuk rapihkan tiap kali bermain atau rapihkan barang ditempatnya dengan nada perintah, atau sekedar mandi ketika sore tiba tanpa ada pendekatan komunikasi baik, mereka tidak lakukan berdasarkan kesadaran sendiri, beda ketika saya komunikasikan baik-baik.

Bukan hanya tokoh pendidikan Indonesia, Bapak Bukik juga mengupas cara tokoh pendidikan luar sperti Psikolog Howard Gardner dengan teori kecerdasan majemuk, atau belajar seasik bermain yang dilakukan oleh pakar pendidikan New Delhi, India yaitu Sugata Mitra, yang melakukan eksperimen edukasi dengan melihat hasrat anak pada teknologi modern Internet. tanpa dorongan dari luar anak pendidikan bawah dengan sendirinya terdorong untuk lebih ingin tahu tentang sesuatu yang dianggap tabu pada layar Komputer dan  tetikus, mereka menjelajah dunia luar sepengetahuannya hanya terdorong rasa ingin tahu. Dinegara Meksikom Matamoros, oleh seorang guru yang berna Sergio Juarez C, proses pengajaran Sugata dikombinasikannya sehingga menghasilkan penemuan baru dalam sistem pengajaran anak-anak Meksiko dengan mengubah cara mencari tahu pengetahuan dengan menggunakan internet. Sugata dan Sergio bukan mengajarkan perkara teknologi internet, melainkan mengajarkan cara pembelajaran menggunakan teknologi internet.

Dengan rasa ingin tahu anak yang begitu tinggi, dengan fasilitas yang kita miliki, kita pun mampu mendorong anak untuk menerima kemajuan jaman dengan mengarahkannya kepada metode pembelajaran kreatif. 

Saya tertarik ketika Bapak Bukik menjelasakan dengan rinci pendidikan menggunakan analogi telur, padi dan Tedhak Siten (yaitu tradisi jawa menginjak tanah untuk bayi usia 7 bulan), bahasanya begitu mengena dan menyadarkan bahwa ada pesan-pesan penting yang semestinya dicerna dengan pikiran positif. Seperti ketika menganalogikan telur, bahwa dengan kesabaran dan tanpa ada paksaan dari luar lah yang membuat telur itu akan menetas anak ayam dengan proses alam. Seperti anak kita, bila kita memaksakan tumbuh dengan apa yang kita mau, anak akan retak lebih parah lagi pecah dan tidak menjadi apa yang semestinya.

Banyak lagi informasi lainnya, mengarahkan anak untuk belajar seasyik bermain, anak adalah pembelajar alami dan seberapa cerdaskah anak kita? dan tak kalah pentingnya orangtua serta pendidik dapat pengetahuan dan arahan tentang prinsip mengembangkan bakat anak juga siklus perkembangannya.

Terima kasih Bapak Bukik menghadirkan buku ini ditengah-tengah kami yang lebih sering salah kaprah dalam mendidik anak, terlebih dunia pendidikan saat ini yang lebih menekankan pada nilai diatas kertas dalam memprioritaskan peringkat, tetapi kurangnya nilai moral serta kreatifitas anak.

semoga secarik informasi pengetahuan sederhana saya ketika membaca buku ini dengan tulisan seadanya dapat memberikan gambaran baik bagi pembaca. Sebenarnya saya pun belum sampai habis membaca buku ini, kebanyakan diulang-ulang lagi halamannya buat ngedalamin informasi yang disampaikan Bapak Bukik :) ...

8 komentar:

HM Zwan mengatakan...

suka banget sama analoginya..makasih ya mbak sharingnya^^

Mimi Affandi mengatakan...

Aku percaya setiap anak memiliki bakat alami, tapi masih banyak orangtua yang belum memiliki ilmu parenting dengan baik, sehingga bakat anak tidak pernah berkembang bahkan mati.

Levina Adawiyah mengatakan...

sama-sama Mbak Zwan.... makasih sudah mampir..

Levina Adawiyah mengatakan...

iya Mak, aku jg sama.... kita butuh pembelajaran terus sampai anak-anak benar-benar berdikari.... makasih Mak Mimi dah mampir... salam kenal

Fita Chakra mengatakan...

Jadi pingin baca buku ini :) Thanks infonya mbak :)

Meirida mengatakan...

ya.. anak memang anugrah terindah dari Allah yang telah membawa bakat alami dari sang Khalik. TUgas kita orang tua adalah mengarahkan bakan tersebut agar berkembang ke arah yang benar. Thx for reviewnya mak.. salam kenal..

Levina Adawiyah mengatakan...

yup mak Merida aku juga setuju,... salam kenal jg.... makasih sdh mampir..

Indah Nuria Savitri mengatakan...

buku y ang bagus ya mak...saya perlu juga untuk membacanya nih..