PJudul Buku: Gadis Cilik di Jendela
Penulis: Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedelapan belas : Februari 2015
272 him;20cm
Buku mengenang Sosaku Kobayashi
Membaca buku ini membawa saya kepada ingatan masa kecil, sewaktu riangnya bermain. Apapun dilakukan buat kesenangan bathin. Tidak kenal waktu, apapun dilakukan karena dorongan hati. Energi terlebih menjadi modal utama tanpa kekhawatiran berlebihan. Bermain, melupakan pesan moral orangtua justru menjadi hal baru buat mereka ketika berinterkasi dengan permainan yang patut dicoba menerjang tantangan.
Seperti halnya saya dan kawan-kawan kala itu, bermain tanah, memanjat pohon tempat rahasia, buat goa dalam tanah sama semak-semak.. sampai main dan loncat dikali. Itu semua kami lakukan dengan kebahagian tersendiri, sampai kapan pun ngak bakal tergantikan dan terlupakan. Sayangnya beriiring waktu, kebahagian ini ngak bisa dirasakan anak-anak kami. Karena kondisindan waktu yang berbeda, juga situasi lingkungan yang tidak lagi mendukung anak berinterkasi seperti ini.
Totto Chan gadis cilik yang berasal dari Jepang adalah cerminan anak kecil diseluruh dunia, mempunyai dunia bermain tidak terbatas ruang dan waktu. Semua anak berasal dari dunia yang sama, yaitu bermain. Dari manapun asal negaranya. Mereka ingin mencoba, dari rasa penasaran dan kecerdasannya. Disini semakin dijelaskan tanpa adanya penekanan, tidak ada anak yang nakal. Mereka adalah benih kecerdasan, keaktifannya bagi pendidik/orangtua mendorong untuk berusaha memahami apa yang di inginkannya dan apa yang menjadi penasarannya untuk tahu sesuatu menjadi 'tahap belajar' menjadi tahu dan paham,
Seperti halnya mama, mama Totto Chan, merupakan contoh seorang ibu luar biasa yang berusaha memahami perkembangan dan cara belajar Totto Chan dari segi pribadi anak. Tanpa hujatan malu ataupun kecewa karena sikap dan prilaku yang ditunjukan Totto Chan berbeda dengan harapan sekolah Totto Chan sebelumnya. Sekolah dan guru yang kecewa atas kelakukan Totto Chan memiliki cara 'belajar' tersendiri', bahkan dibilang baku seperti pada umumnya sekolah-sekolah, khususnya di Indonesia, dengan sistem pembelajaran klasik. Tetapi sulit diterima untuk anak sistem belajar istimewa seperti Totto Chan dan teman-teman yang pada akhirnya berkat dukungan orangtua menemukan sekolah istimewa buatnya, "Gerbong Kereta". Sekolah bergerak, menyajikan keindahan buat anak-anak istimewa, Totto Chan, satu diantaranya...langsung jatuh cinta dengan sekolah syarat petualangan dan kasih sayang.
Gimana engak dibuat pusing, jika guru mengukur kecerdasan anak dengan aturan kaku dan anak diminta paham secara linear. Tapi tidak buat Totto Chan yang merasa kejenuhan disetiap pembelajaran. Justru yang dilakukan berusaha menghibur diri, bayangkan gadis 7 tahun, sejajar usiah SD kelas 1 sudah memiliki keberanian melakukan kehebohan dikelas dari memmanggil pengamen jalanan untuk menghibur bersama, sampai keteganga disetiap jam pelajaran yang membuat gurunya tidak habis pikir atas kelakuannya. Sudah pasti, kasat mata guru dan sekolah manapun yang mempunyai aturan baku bakal mengatakan anak ini 'nakal!' dan ngak sepantasnya sama teman sekelas lain yang damai.
Mama Totto Chan, tanpa membuat simpulan.. cukup berusaha memahami, "disinilah Totto Chan semestinya! Sekolah Gerbong Kereta". Bersama Kepala Sekolah dan guru-guru serta teman-teman yang istimewa... belajar bermain bersama. Hadirnya kepala sekolah cerdas yang memahami dunia anak, berlama-lama menjadi kawan buat mereka. Mengajarkan, membimbing juga memahami petualangan anak, sama halnya Totto Chan, menganggap dan bersyukur memiliki kepala sekolah luar biasa kebaikannya buat anak-anak, apapun kondisinya.
Gimana ngak istimewa! Saya sangat takjub ketika penulis menceritakan ide dan sikap Kepala Sekolah yang brilian! Menjadikan sekolah seperti taman bermain... bermain, belajar dari alam. "Hayo...siapa yang membawa makanan dari laut dan makanan dari pegunungan?" Dengan interaksinya membawa anak ke dunianya yang sesungguhnya belajar dan interaksi... anak di ajak bersenang-senang dengan interaktifnya dari mengistilahkan makan, permainan, keaktifannya, lomba-lomba interkasi tanpa mengenal perbedaan justru menjadikan anak kekurangan/cacat benar-benar jadi istimewa biaa melakukan perlombaan seperti anak normal umumnya bahkan justru memenangkan tiap momennya,... gila luar biasa, saya takjub dengan Kepala Sekolah Tomoe, bahkan hadiah-hadiah saja meski terlihat sederhana, justru membawa pesan kasih sayang dan kesehatan uang pada akhirnya anak SD belajar berlogika mengukur sesuatu dengan kebaikan bukan hanya materi dan kebesaran nilai yang justru menjadikan lebih ber ego.
Buku recomended buat pendidik dan orangtua yang peduli pendidikan bebas dan bermakna, menjadikan saya pribadi semakin terbuka dalam menerima pemikiran, celoteh, kelakuan serta cara anak belajar, meski anak masih terikat dengannaturan sekolah, setidaknya saya berusaha melonggarkannya dengan bersikap dan menerima keistimewaan dari masing-masing anak... apapun kelakuaan tugas pendidik adalah mengarahkan dan mendampingi. Seperti halnya Mama Totto Chan dan Kepala Sekolah.
1 komentar:
suka juga, mbaak
novel pas tetsuko kuroyanagi dewasa juga sukaaa
dua tokoh favoritku di buku ini: ibuknya totto chan sama gurunya
mereka berdua menurutku yang berpengaruh besar dalam kesuksesan tetsuko, ya, hehe
keren dah pokoknya
Posting Komentar