Rabu, 06 Mei 2015

Belajar kilat berkelanjutan menjadi Guru mapel

Semangat belajar terus selagi nyawa masih ditanggung badan. Tiap hari adalah pembelajaran. Sudah tiga minggu berjalan menjalani tugas guru Bahasa Inggris. Heeeem... minggu awal sempat ada tekanan dari diri sendiri, kepikiran belum pengalaman didik anak SD kelas 1, 3 dan 5. Yup! Yakin ajah bahwa Allah yang berkehendak berada disini. 

Doa yang beri kekuatan saya, hingga bisa duduk dikursi guru, berdiri dihadapan puluhan penguji cilik. Mereka aktif semua. Heem...sungguh negangin! bersyukur guru kelas 1 selalu mendampingi, jangan sampai saya memalukan diri sendiri, tunjukin kemampuan! guru-guru Iqro rata-rata senior diatas 5 tahun mengajar, pengalaman dan semangat kerjanya patut dijadikan contoh suri teladan, berbagi waktu menjalani tanggung jawab seorang istri dan ibu. Saya kagum ketika kekompakan mereka, saling mendukung dan mengayomi. ketika ibu diruang guru anak-anak yang ikut bersekolah disana kebanyakan paham mamanya sedang bekerja, dan tidak manja berlebihan. inilah yang namanya kebiasaan dan pengaruh lingkungan.

Saya mengajar 9 belas, masing-masing untuk kelas 1, 3 dan 5 terbagi 3 kelas.
 
Mengajar kelas kelas I

Mengajar kelas 1 ngak beda jauh seperti ketika saya menjadi support teacher di KG (TK), jiwa dan gaya belajar mereka masih terpengaruh suasana TK (masa kanak-kanak). Guru bicara, murid juga banyak bicara. Murid bosen! berarti ada yang salah dengan cara pengajaran. Pernah suatu ketika murid bilang: "bu, bosen kok itu lagi!" buat mereka pembelajaran meski berwarna dan berkesan. bukan cuma baku atau klasik begitu-begitu saja. 

Bersyukur, ilmu dan bahan pembelajaran ketika di TK dan pemberian sobat Ms. Wulan berupa hasil rekaman lagu-lagu pelengkap saya diberikannya, jadi saya bisa praktekan dikelas 1. senengnya, mereka suka.  Kalo saya kasih pembelajaran tanpa jeda, mereka bicara. "Yaah...belajar mulu!"dan akan di ikuti teman-teman lainnya.

Ada juga yang ngak peduli ketika saya mengajar. Mereka malah asik main sendiri, kejar-kejaran, jalan-jalan, kadang sampai pukulan. ketika saya awasi dari jauh, ternyata tujuan mereka yang utama mau unjuk diri, minta disapa, minta perhatian lebih. Nah! Ini dia  faktor utama yang mempengaruhi sistem pembelajaran mereka, dari lingkungan rumah mereka masing-masing. Terlihat bila anak yang kurang dan lebih perhatian dari rumah dan orangtua. Ada juga yang ngak mau mengalah juga ngambekan. Mereka sedang melewati masa transisi, peralihan dari sekolah TK menuju SD, maka saya pun membuat suasana pembelajaran lebih berkesan 'hommy'.

hem, menyiapkan pembelajaran, Emily selipin bunga buatannya dari sekolah
Saya tampilkan  metode pengajaran yang berbeda. Karena rata-rata fokus mereka terkontrol hanya kisaran 15 sampai dengan 30 menit. Jadi diawal mereka saya ajak mengobrol,  seputar tema. Berikutnya kemudian diselingi lagu atau permainan.

Dengan memahami karakteristik usaha anak kelas satu, mereka jadi lebih fokus ketika ditanya dan diajak berdiskusi. Berjalan waktu kami bisa saling beradaptasi, dan fokus utama mereka dapat menerima dan menyerap pelajaran.


  

Kelas 3 

persiapan belajar mengajar di Sekolah
Pertama saya juluki untuk ketiga kelas ini lebih ke kelas 'Pasar', rame pisan. Bikin pening! mereka juga ngak mau kalah kalau dikasih tahu, rata-rata terlebih mereka maunya lebih didengar! Mungkin terlebih karena mereka usia peralihan. saya ngak mau terpengaruh oleh kemauan mereka sendiri. saya perhatikan dan saya ikuti dahilu pola berpikir mereka.  ada kelas tertentu sulit sekali dikasih tahu untuk lebih giat mengerjakan soal tetapi tetap saja, berkali-kali meski diperingkatkan. 

Saya jadi inget masa Lanika kelas 3, gurunya sering kali mengeluh hingga sampai menangis dikelas untuk berapa kalinya menghadapi murid yang sulit diajarkan dan ajak berdiskusi, hingga suatu saat saya pernah dibbm untuk diperingkatkan bahwa Lanika kenakalannya saling mempengaruhi teman-temannya. Saya pun turut mendidik secara lebih tekun dimasa perkembangan Lanika dikelas 3. 

Sama halnya yang dialami anak kelas 3 saat ini. Mereka pun membawa mainannya diwaktu saya mengajar, mereka pun ada sebagian yang bercanda dan tidak mendengarkan. Ada juga yang ngak mau mengumpulkan soal dan jawaban. Pada akhirnya saya berusaha pahami dengan pendekatan hati- kehati agar mereka lebih memahami dan mengerti pembelajaran. 

0 komentar: