Saya terlahir dari tujuh bersaudara, anak ketujuh. Seiring waktu banyak cerita setiap harinya, dimana kami perlu banyak berjuang kesehariannya. Terutama ibu, biasa kami memanggilnya mama.
Mama, seorang ibu yang tidak sempurna. Begitu pun ayah, biasa kami memanggilnya papa. Masa lalu biarlah berlalu. Tetapi disetiap goresan keseharian yang pernah kami lewati ada saat-saat yang sulit kami lupakan, terutama saya. Proses panjang dalam bangkit, proses panjang dalam perbaikan. Tetapi diatas segalanya yang selalu saya ingat, ada cinta disetiap jalannya. cinta mama dan papa dengan caranya, dengan prosesnya. Sekali lagi saya ucapkan "mereka tidaklah sempurna!"..
Masalah paling sering dialami orangtua masa lalu adalah kesulitan ungkapan sayang dalam setiap ucapan, kekakuan dalam mendidik, dan kurangnya bahan ajar yang lebih baik. Saya hanya mau bilang: " bagaimanapun saya sayang kalian!" Karena saat ini saya dalam kondisi saat ini karena proses panjang, dan ada tangan kalian, dengan keringat dan airmata, dengan suka cita cara kalian. Tetapi saya masih dan sayang selalu mama-papa.
Saya persembahkan goresan kasih sayang saya, yang tidak bisa menggantikan usaha dan pengorbanan mama-papa dalam mendidik saya bersama enam saudara lainnya. Biarlah Allah yang mencatatnya dengan cinta dan kasihNya, pinta saya kalian bahagia bersama sampai akhir hayat, dan hidayaj Islam bersama qolbu dalam pengampunan dan cinta kasih Allah yang tiada pernah hentinya, hingga saya ditakdirkan dan dibeti amanah bersama tiga buah hati bahian dari cucu mam-papa. Semoga dan saya yakin dan selalu berusaha agar kecerdasan dan usaha saya sebagai seorang istri dan ibu mendidik lebih baik dari mama-papa.. agar mereka lebih baik dari saya dari ahama dan kecerdasan moral dan spiritual...
Love U always
Mam-Pap
Antalogi bersama 50 penyair Nusantara
0 komentar:
Posting Komentar