Selasa, 23 Agustus 2016

Belajar Proses Ta'aruf

Sobat pembaca, sebenarnya saya belum muslim banget. Tapi setidaknya saya pengin bantu teman yang mendekatkan diri dengan seseorang. Jadi deh, tanpa direkaya, ngalir ajah, bantu teman berta'aruf. Mencoba berbagi ilmu yang masih minim, sayang bila saya simpan sendiri. Saya juga belajar dari kawan muslimah yang lebih paham ta'aruf. 

Kebenaran punya teman lelaki yang masih single cukup dekat, teman ngobrol di kampus. Coba iseng di grup kampus, awalnya cuma iseng, nggak tahunya jadi serius. Tanya sama dia mau dikenalin sama teman perempuan apa nggak? ternyata dia setuju. Coba pendekatan dari hati ke teman perempuan saya, bicara nggak menyinggung dia, berusaha memahami kondisi masih kesendiriannya,  bersyukur juga dia setuju. Dan dia anjurkan saya buat kontak teman dekat perempuannya, kebenaran dia pun teman saya, supaya saya pahami proses ta'aruf. Sebelum saya berbagi proses ta'aruf yang lebih detail, saya saat ini mau berbagi proses ta'aruf yang kami jalani bersama. Berikut informasinya:

1. Saya, sebagai kawan laki-laki menginformasikan ke teman laki-laki yang mau ta'aruf buat mempersiapkan biodata ta'aruf dan dikirim ke saya, nantinya saya dan teman ke 2 akan tukaran biodata dari teman pertama saya yang mau ta'aruf lewat teman ke 2.
2. Di ingatkan buat laki-laki sambil berjalan mereka memantapkan diri berserah diri ke Allah untuk ridhoNya, sambil sholat istikaroh tetapkan berjalan.
Picture by: elmina.id.com

Proses sampai mengirim biodata, ternyata nggak langsung besok dikirim. Mungkin ini namanya prosesnya. Diharapkan Ikhwan (laki-laki) kirim lebih dahulu baru perempuan yang kirim berikutnya. Nah, ternyata saya yang harus mengingatkan buat dikirim. Sebenarnya secara langsung saya langsung membantu menta'arufkan dua kawan perempuan saya, diselang waktu yang tidak berbeda. Ternyata dari kedua pasangan ta'aruf ini terlihat proses yang berbeda juga serta keseriusan dan prosesnya. 

Dari yang saya ceritakan di atas, ini adalah proses yang cukup lambat, karena lelaki menjadi lambat dan memang lambat prilakunya, sampai akhirnya perempuan yang mengirim duluan lewat saya, baru di seminggu kemudian kirim ke saya selang saya kirim bio perempuan. Kalau dihitung kisaran 2 minggu lebih dari proses rencana ta'aruf.
gambar dari: si-abi.blogspot.com

Dari proses ini saya baru mengetahui, kalau memang inilah ta'aruf segalanya dipasrahkan ke Allah aza wa jalla. benar-benar tidak ada kata cinta dari hati dan perkataan tujuannya hanya mendapat ridho Allah. Hanya berbekal informasi yang saya ketahui ke perempuan dan ke lelaki, dan perempuan lebih siap berserah diri kepada Allah. Sampai akhirnya pertukaran Bio terjadi. Mereka saling mengenal diri dari Biodata terlebih info dari saya. Perempuan lebih berharap-harap cemas, terlebih proses ta'aruf itu nggak boleh di gantung, meski lelakinya sesibuk apapun bila dia sudah mau ta'aruf pastiin mau berlanjut apa nggak.

Dengan informasi bilang kesibukan yang memang sibuk, lelaki menjadi lebih lambat (mungkin emang sudah sifatnya kali, ya!), saya yang jadi lebih agresif, karena lebih sering lihat teman perempuan saya yang berharap kabar darinya. Hingga akhirnya terjadi pada titik kepastian, teman perempuan saya WA untuk minta di akhiri perkenalannya, dengan simbol tangisan dan kekecewaan. Ya Allah, saya justru pertegas jangan dulu, karena teman lelaki saya belum bilang apa-apa. Justru saya yang lebih terasa yakin dengan gaya saya kalau perkenalan ini meski harus berlanjut karena baru sampai bio belum ada pertemuan. Akhirnya dengan usaha saya memancing dengan peralihan obrolan dan ketenangan jiwa saya telp teman lelaki yang sudah hampir sebulan nggak ketemu karena libur ramadhan sampai jelang masuk sekolah nggak ke kampus-kampus, dan kami di sibukan dengan urusan kerja masing-masing. Dengan alasan ingin lebih mendekatkan diri, akhirnya lelaki setuju untuk lebih mengenal dekat dengan pertemuan.

Disepakati ketemuan di Masjid, dengan saya dan yang ta'aruf, ditambah teman kerja kami laki-laki juga. Terjadilah pertemuan pertama. Teman perempuan saya Akwat banget, dia menjaga pandangan dan prilaku, 15 menitan menunggu, datanglah teman lelaki saya, sapa-sapa obrolan ringan, akhirnya berlanjut perkenalan lebih dekat. Menjurus kepastian penjelasan hubungan. Semakin terlihat lelaki masih bimbang dengan urusan kampus dan materi. Saya bersama teman kerja laki-laki berusaha untuk mengarahkan, sedangkan teman perempuan saya hanya mendengarkan dan bicara seperlunya. Jelas sekali memang, perempuan lebih dengan hati dan berharap cemas. Sama seperti saya, bukan karena usia, tapi kewajiban perkenalan yang harus di pertanggung jawabkan. Hingga teman laki-laki saya masih berbicara tentang dia mau Istikaroh buat lebih mantap, dan kami pun menganjurkan, kalau tidak sudahi saja.

Berlanjut....

0 komentar: