Dokpri: Merdeka Belajar? Terpilih di No. 43 |
Oleh: Levina Adawiyah
Salam literasi untuk semua teman-teman pejuang pendidikan, berikut saya ingin berbagi kebahagian dalam terpilihnya tulisannya termasuk dalam 100 guru pilihan nusantara pada Gurusiana, Media Guru. Alhamdulillah, sungguh kebahagian tak di sangka, tulisan saya diterima di tangan juri dan dipertimbangkan menjadi tulisan kategori terbaik dan dibukukan bersama guru-guru hebat nusantara yang ikut serta dalam event ini. Terima kasih Media Guru #Gurusiana . Dalam mendukung program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak Nadiem Makarim
“Merdeka
Belajar” menjadi tagline besar di
puncak pidato menteri pada peringatan Hari Guru Nasional 2019. Pada pidatonya,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak Nadiem Makarim sampaikan
gebrakan besar berupa “Merdeka Belajar”.
Tujuannya berkaitan dengan keberhasilan pendidikan di Indonesia yaitu
kemerdekaan belajar. Bapak Menteri dalam rapatnya di Rapat Koordinasi Bersama
Dinas Pendidikan Provinsi Kabupaten/Kota di Jakarta, 11 Desember 2019 lalu,
mencanangkan kebijakan “Merdeka Belajar”
kepada seluruh pihak di sekolah untuk jenjang sekolah dasar dan menengah berupa
program merdeka belajar. Dari ke empat program tersebut erat kaitannya dengan
Literasi Pendidikan, di antaranya:
1.
Program
pergantian USBN menjadi Assesmen.
USBN membatasi gerak sekolah dalam
mengeksplorasi sistem penilaian sekolah, maka perubahan hak penilaian di
berikan oleh sekolah. Ujian dilakukan untuk menilai kompetensi siswa yaitu
kemampuan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lain yang lebih luas
dan lengkap atau bisa di bilang komprehensif. Contoh penilaian yang diambil
bisa berupa dari tugas kelompok, karya tulis, diskusi otentik dan lainnya.
2.
UN di
tahun 2021 di ganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan survey
karakter.
Dikarenakan Ujian Negara (UN)
lebih menekankan kepada kemampuan pengujian penguasaan konten bukan kompetensi
penalaran, serta di anggap menjadi beban siswa, guru dan orangtua karena hanya
berupa penilaian individunya saja, maka di tahun 2021 sebagai gantinya adalah
AKM dan survey karakter.
3.
RPP di
persingkat menjadi hanya 1 lembar.
Begitu banyaknya lembaran yang
guru persiapkan hanya berupa formalitas laporan di atas kertas, menjadi
bertambahnya beban guru dalam mempersiapkan administrasi laporan serta
rancangan pembelajaran secara efisien dan efektif. Dengan kebijakan terbaru
berharap kepada seluruh guru lebih memiliki waktu dan peluang besar dalam
mempersiapkan mengembangkan dirinya dalam proses pembelajaran.
Dari
pengalaman yang telah saya lalukan disertai gagasan ketika mengajar di sekolah
maupun “Rumah Belajar Adawiyah”, dibutuhkannya dorongan kepada murid tanpa
keterpakasan berupa pembiasaan literasi pendidikan bukan hanya kepada guru
tetapi kepada murid itu sendiri.
Apakah mereka merasakan merdeka belajar?
Kita
bisa lihat dari semangat mereka berinteraksi dan menikmati setiap mempelajaran
yang kita sajikan bersama dan hasil yang di terima mereka. Bicara tentang
pendidikan dan merdeka belajar erat kaitannya dengan literasi pendidikan dalam model pembelajaran.
Setiap
guru memiliki trik dan cara tersendiri dalam penyajian model pembelajaran agar
tercipta kenyamanan ajar, siswa pun nyaman belajar. Dalam hal ini, ada
trik-trik tersebut diantaranya:
1. Pembiasaan pembentukan karakter 3 S (Senyum,
Sapa dan Salam), di awal pembelajaran, lalu dilanjutkan
mengkombinasikan pelajaran di antaranya membentuk kuis perkelompok, dan bebas
memilih kawannya dalam hal mengulang pembelajaran sebelumnya. Dengan begitu Pembentukan karakter siswa untuk
membaca serta bersosial terbentuk. Bagi siswa yang merasa tidak menemukan kenyamanan
berkelompok, saat itulah tugas guru memberikan pengarahan dalam membentuk
karakter siswa di sekolah maupun di lingkungan ketika bersosial.
2. Pembelajaran tidak hanya monoton di dalam
kelas, bisa di alam terbuka atau di ruang kelas lain. Agar
tercipta suasana baru dan nyaman.
3. Pelajaran di buat seefektif mungkin agar
anak-anak menerima pembelajaran secara global, berupa belajar di
taman, dengan membawa alat bantu pelajaran berupa gambar, atau buku cerita
bergambar dan mereka menuangkan dalam bahasa komunikasi.
Gimana
caranya?
Mereka mencari ide bacaan dari
tema yang disampaikan, membaca kisaran 10 menit, Misal tentang berkebun mereka
akan mencoba menceritakan kembali apa yang telah mereka serap dari materi
bacaan tersebut.
4. Membuat program pelajaran ‘Out of The Box’.
Berhubung saya mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar, saya buat
tiap tema/bab berbeda ada permainan masal. Seperti mencari jejak, “Treasure Hunt”, di sini siswa akan
belajar logika menemukan harta karun secara berkelompok dengan petunjuk dalam
Bahasa Inggris, tentunya di sertai dengan reward bagi pemenang.
Merdeka belajar telah di lakukan, ada juga
program kunjungan belajar ke sekolah lain memberikan wawasan baru bagi mereka. Dengan
sistem dan model pembelajaran yang dinamis siswa dapat menikmati “Merdeka Belajar.”
Levina
Adawiyah adalah nama pena dari Levina Novi Yanti, S.sos. M.Pd.
Lahir di Jakarta, 26 Oktober. Menikmati dengan minat tinggi dalam dunia
literasi dan pendidikan. Ibu dari dua putri dan satu putra, saat ini menekuni
mengajar untuk sistem ajar online dan kunjungan di ruangguru.com dan Guru Les Private untuk SD. Mendirikan Rumah
Belajar Adawiyah di di rumahnya, gratis. Dikhususkan untuk anak-anak yang
membutuhkan perhatian khusus dalam pendidikan karakter. Untuk berinterkasi
lebih lanjut dapat dikunjungi di:
WA :
08128108595
IG :
levina9
0 komentar:
Posting Komentar