Sabtu, 21 Maret 2020

Merdeka Belajar dalam Literasi Pendidikan

Dokpri: Merdeka Belajar? Terpilih di No. 43


Oleh: Levina Adawiyah

Salam literasi untuk semua teman-teman pejuang pendidikan, berikut saya ingin berbagi kebahagian dalam terpilihnya tulisannya termasuk dalam 100 guru pilihan nusantara pada Gurusiana, Media Guru. Alhamdulillah, sungguh kebahagian tak di sangka, tulisan saya diterima di tangan juri dan dipertimbangkan menjadi tulisan kategori terbaik dan dibukukan bersama guru-guru hebat nusantara yang ikut serta dalam event ini. Terima kasih Media Guru #Gurusiana . Dalam mendukung program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak Nadiem Makarim

“Merdeka Belajar” menjadi tagline besar di puncak pidato menteri pada peringatan Hari Guru Nasional 2019. Pada pidatonya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak Nadiem Makarim sampaikan gebrakan besar berupa “Merdeka Belajar”. Tujuannya berkaitan dengan keberhasilan pendidikan di Indonesia yaitu kemerdekaan belajar. Bapak Menteri dalam rapatnya di Rapat Koordinasi Bersama Dinas Pendidikan Provinsi Kabupaten/Kota di Jakarta, 11 Desember 2019 lalu, mencanangkan kebijakan “Merdeka Belajar” kepada seluruh pihak di sekolah untuk jenjang sekolah dasar dan menengah berupa program merdeka belajar. Dari ke empat program tersebut erat kaitannya dengan Literasi Pendidikan, di antaranya:

1.    Program pergantian USBN menjadi Assesmen.
USBN membatasi gerak sekolah dalam mengeksplorasi sistem penilaian sekolah, maka perubahan hak penilaian di berikan oleh sekolah. Ujian dilakukan untuk menilai kompetensi siswa yaitu kemampuan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lain yang lebih luas dan lengkap atau bisa di bilang komprehensif. Contoh penilaian yang diambil bisa berupa dari tugas kelompok, karya tulis, diskusi otentik dan lainnya.

2.    UN di tahun 2021 di ganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan survey karakter.
Dikarenakan Ujian Negara (UN) lebih menekankan kepada kemampuan pengujian penguasaan konten bukan kompetensi penalaran, serta di anggap menjadi beban siswa, guru dan orangtua karena hanya berupa penilaian individunya saja, maka di tahun 2021 sebagai gantinya adalah AKM dan survey karakter.

3.    RPP di persingkat menjadi hanya 1 lembar.
Begitu banyaknya lembaran yang guru persiapkan hanya berupa formalitas laporan di atas kertas, menjadi bertambahnya beban guru dalam mempersiapkan administrasi laporan serta rancangan pembelajaran secara efisien dan efektif. Dengan kebijakan terbaru berharap kepada seluruh guru lebih memiliki waktu dan peluang besar dalam mempersiapkan mengembangkan dirinya dalam proses pembelajaran.

Dari pengalaman yang telah saya lalukan disertai gagasan ketika mengajar di sekolah maupun “Rumah Belajar Adawiyah”, dibutuhkannya dorongan kepada murid tanpa keterpakasan berupa pembiasaan literasi pendidikan bukan hanya kepada guru tetapi kepada murid itu sendiri.

Apakah mereka merasakan merdeka belajar?
Kita bisa lihat dari semangat mereka berinteraksi dan menikmati setiap mempelajaran yang kita sajikan bersama dan hasil yang di terima mereka. Bicara tentang pendidikan dan merdeka belajar erat kaitannya dengan literasi pendidikan dalam model pembelajaran.

Setiap guru memiliki trik dan cara tersendiri dalam penyajian model pembelajaran agar tercipta kenyamanan ajar, siswa pun nyaman belajar. Dalam hal ini, ada trik-trik tersebut diantaranya:

1.    Pembiasaan pembentukan karakter 3 S (Senyum, Sapa dan Salam), di awal pembelajaran, lalu dilanjutkan mengkombinasikan pelajaran di antaranya membentuk kuis perkelompok, dan bebas memilih kawannya dalam hal mengulang pembelajaran sebelumnya. Dengan begitu Pembentukan karakter siswa untuk membaca serta bersosial terbentuk. Bagi siswa yang merasa tidak menemukan kenyamanan berkelompok, saat itulah tugas guru memberikan pengarahan dalam membentuk karakter siswa di sekolah maupun di lingkungan ketika bersosial.

2.    Pembelajaran tidak hanya monoton di dalam kelas, bisa di alam terbuka atau di ruang kelas lain. Agar tercipta suasana baru dan nyaman.

3.    Pelajaran di buat seefektif mungkin agar anak-anak menerima pembelajaran secara global, berupa belajar di taman, dengan membawa alat bantu pelajaran berupa gambar, atau buku cerita bergambar dan mereka menuangkan dalam bahasa komunikasi.
Gimana caranya?
Mereka mencari ide bacaan dari tema yang disampaikan, membaca kisaran 10 menit, Misal tentang berkebun mereka akan mencoba menceritakan kembali apa yang telah mereka serap dari materi bacaan tersebut.



4.    Membuat program pelajaran ‘Out of The Box’. Berhubung saya mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar, saya buat tiap tema/bab berbeda ada permainan masal. Seperti mencari jejak, “Treasure Hunt”, di sini siswa akan belajar logika menemukan harta karun secara berkelompok dengan petunjuk dalam Bahasa Inggris, tentunya di sertai dengan reward bagi pemenang.

Merdeka belajar telah di lakukan, ada juga program kunjungan belajar ke sekolah lain memberikan wawasan baru bagi mereka. Dengan sistem dan model pembelajaran yang dinamis siswa dapat menikmati “Merdeka Belajar.”

Levina Adawiyah adalah nama pena dari Levina Novi Yanti, S.sos. M.Pd. Lahir di Jakarta, 26 Oktober. Menikmati dengan minat tinggi dalam dunia literasi dan pendidikan. Ibu dari dua putri dan satu putra, saat ini menekuni mengajar untuk sistem ajar online dan kunjungan di ruangguru.com dan Guru Les Private untuk SD. Mendirikan Rumah Belajar Adawiyah di di rumahnya, gratis. Dikhususkan untuk anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus dalam pendidikan karakter. Untuk berinterkasi lebih lanjut dapat dikunjungi di:
WA      : 08128108595
Web    : www.levinayanti.com / https://adawiyahlevina.gurusiana.id
IG        : levina9


0 komentar: