Minggu, 04 Januari 2015

Analisis Teori SWOT pada Kurikulum 2013 dan KTSP 2006




I. Pendahuluan

Kurikulum merupakan tiang penyanggah penting dalam pergerakan pendidikan di Indonesia yang dipenuhi multiwarna sistem pengajaran. Pemerintah membuat acuan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan nasional, mengacu kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
 
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:

1.         Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2.         Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
3.         Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4.         Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
5.         Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia
Didalam mengatasi permasalahan mutu pendidikan, pemerintah telah banyak berbuat melalui program-program peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam pembahasan ini, penyusun berusaha memberikan penjelasan dan penggambaran Analisis Teori SWOT pada sistem pendidikan di Indonesia dengan berpedoman serta menganalisa pada Kurikulum 2013 (Kurtilas) dan Kurikulum 2006 (KTSP 2006).



I.         Pengertian Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. 

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.[1]

Diagram Ilustrasi:
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0b/SWOT_en.svg/326px-SWOT_en.svg.png
Berikut ini definisi tentang elemen SWOT:

1.      Strength (Kekuatan); faktor internal atau dalam yang cenderung memiliki efek positif (atau menjadi mampu untuk) mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan
2.      Weakness (Kelemahan); faktor internal atau dalam yang mungkin memiliki efek negatif  (atau menjadi penghalang untuk) mencapai tujuan suatau lembaga pendidikan
3.      Opportunity (Peluang); faktor eksternal atau luar yang cenderung memiliki efek positif pada pencapaian atau  tujuan sekolah, atau tujuan yang sebelumnya tidak dipertimbangkan
4.      Threat (Ancaman); faktor eksternal atau kondisi yang cenderung memiliki efek negatif pada pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan, atau membuat tujuan absurd atau malah sulit dicapai.

Apabila analisis SWOT digunakan pada sistem pendidikan, dalam pembahasan ini adalah meninjau Kurikulum 2013 dan KTSP 2006, maka memungkinkan bagi penyusun dan pendidikan berbasis SD yang diamati dalam pembahasan ini  untuk mendapatkan suatu gambaran menyeluruh mengenai kondisi Kurikulum di dua unsur berbeda tetapi memiliki tujuan sama dalam pendidikan nasional, serta sekolah yang diamati baik dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan, sekolah, pendidik, dan orang tua atau wali murid dimana menjadi bagian dari sebuah institusi yang berbasis pendidikan, bahkan sampai situasi lingkungan sekolah tersebut.


II.        Rangkuman Kurikulum 2013 (Kurtilas)
A. Latar Belakang
Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.  Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.  

B.  Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 
1)    tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;
2)    penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3)     penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. 
Penguatan Materi Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. 
 
C. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1.    mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2.    sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3.    mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4.    memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5.    kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6.    kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7.    kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).  

D. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

E. Struktur Kurikulum
Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Praktik Pembelajaran Pada SDIT Gembira Kelas IV, Jatibening Baru Kabupaten Bekasi:



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan        :  SDIT Gemberi
Kelas / Semester :  4 /1
Tema                    :  Peduli Terhadap Makhluk Hidup (Tema 3)
Sub Tema              :  Keberagaman Makhluk Hidup di lingkunganku (Sub Tema 2)
Pembelajaran ke   :  6
Alokasi waktu       : 1 Hari
Pengamatan                  : Siswi Lanika S.F. Adawiyah

A.  KOMPETENSI INTI
1.    Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2.    Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3.    Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4.    Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B.  KOMPETENSI DASAR
Matematika
3.13    Memahami pecahan senilai dan operasi hitung pecahan menggunakan benda konkret/gambar
4.13    Mengurai sebuah pecahan menjadi hasil penjumlahan atau pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagai kemungkinan jawaban

C.  INDIKATOR
Menentukan jawaban dari soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama
·         Menentukan jawaban dari soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda
·         Membuat soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan yang merupakan bagian dari kelompok dan menjawabnya dengan benar

D.   TUJUAN
 Setelah mengamati gambar, siswa mampu menyelesaikan masalah tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda dengan benar.
·         Setelah mengamati gambar, siswa mampu membuat soal cerita tentang penjumlahan atau pengurangan pecahan yang merupakan bagian dari kelompok dan menjawabnya dengan benar.

E.  MATERI
Soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan.

F.  PENDEKATAN & METODE

      Pendekatan         : Scientific
Strategi               : Cooperative Learning
Teknik                 : Example Non Example
Metode                : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi dan Ceramah


G.  KEGIATAN  PEMBELAJARAN
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
Hafalan Matrik Perkalian 1-9.
Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing, dilanjutkan dengan Pembacaan Teks Pancasila.
Melakukan komunikasi  tentang kehadiran siswa. Guru menyiapkan fisik dan psikhis siswa dalam mengawali kegiatan pembelajaran, yaitu mengajak siswa menyanyikan lagu/yel-yel/tepuk dinamika dengan materi yang relevan dengan pembelajaran hari ini.  Menginformasikan Tema/Sub Tema yang akan dibelajarkan. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Selain melihat alat peraga lainnya, siswa dapat menonton video yang terkait pembelajaran hari ini, mendatangkan narasumber, membaca buku dari perpustakaan sekolah, perpustakaan online/e-book.
    10
    menit
Kegiatan
Inti
Siswa mengenal soal tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan yang terkait dengan pecahan yang merupakan bagian dari kelompok. Siswa mengerjakan soal cerita dengan mandiri.
·      Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam buku siswa.
·      Siswa membuat soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan.
·      Siswa menjawab soal-soal tentang pembelajaran minggu ini.
    150
    menit

Kegiatan
Penutup
Siswa menuliskan perenungan mereka di buku siswa.
Guru menyampaikan pesan moral untuk memanfaatkan Keberagaman Makhluk Hidup di lingkunganku dengan bijak.
Tugas: Siswa bercerita kepada orang tua tentang pengalaman belajarnya minggu ini. Siswa juga diminta mendiskusikan hal-hal yang dapat ia lakukan agar apa yang dipelajari dapat bermanfaat untuk dirinya dan lingkungan.
Hafalan Matrik Perkalian 1-9. Salam dan doa penutup.

Remedial
·      Siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan dalam bagian evaluasi akan mengerjakan lagi soal yang sama. Di awal, guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal-soal tersebut, kemudian minta mereka mengerjakan dengan mandiri.

    15
    menit

H.  SUMBER DAN  MEDIA
·         Diri anak, Lingkungan keluarga, dan Lingkungan sekolah.
·         Buku Pedoman Guru Tema 3 Kelas 4 dan Buku Siswa Tema 3 Kelas 4.
·         Buku Pengembangan Diri Anak.
·         Sumber Motivasi/Inspirasi Hidup: http://rokhmaninstitute.blogspot.com/
 Video/slide/buklet/pamflet/gambar tentang Keberagaman Makhluk Hidup di lingkunganku Daun kering atau bahan lain dari alam dan bulu ayam/burung/bebek.

I.    PENILAIAN
  1. Prosedur Penilaian
a.   Penilain Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.
b.   Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan (terlampir).

  1. Instrumen Penilaian
a.   Penilaian Proses
1)  Penilaian Kinerja.
2)  Penilaian Produk.
    1. Penilaian Hasil Belajar
·       Pilihan ganda.
·       Isian singkat.
·       Esai atau uraian.

Mengetahui
Kepala Sekolah,



………………………………
NIP. …………………………
Bekasi,    Desember 2014
Guru/Wali Kelas 4A,










III.      Rangkuman KTSP 2006
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk:
 (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
 (b) belajar untuk memahami dan menghayati;
 (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
 (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan
 (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang  aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Tujuan Pengembangan Kurikulum
Sebelum diuraikan tentang tujuan pengembangan kurikulum, terlebih dahulu akan dipaparkan tentang kerangka dasar kurikulum. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 6 Ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. kelompok mata pelajaran estetika;
5. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Praktik Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas IV

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

A. Latar Belakang 
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. 
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.  

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik  untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.   

Dengan  standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan: 1. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; 2. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; 3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;  4. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah; 5. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;  6. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. 

B. Tujuan 
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis 
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan  intelektual, serta kematangan emosional dan sosial 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa  6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 

C. Ruang Lingkup 
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis.  

IV.       Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006

Perbedaan pokok antara KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (Kurikulum 2006) yang selama ini diterapkan dengan Kurikulum 2013 yang akan dijalankan secara terbatas mulau Juli 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.

Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang telah disiapkan pemerintah.
Berikut ini adalah perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP
No
Kurikulum 2013
KTSP
1
SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
TIK sebagai mata pelajaran
7
Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas XI
10
BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

      Sedangkan untuk Evaluasi Pembelajaran masing-masing Kurikulum adalah:
Kurikulum KTSP
Kurikulum 2013
Berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output
Berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan output
Menekankan aspek kognitif Test menjadi cara penilaian yang dominan
KurikulumMenekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional Penilaian test dan portofolio saling melengkapi.
Standart penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan
Standart penilaian menggunakan penilaian otentik yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

V.       Hasil teori Analisis SWOT pada Kurikulum 2013 dan KTSP 2006
Berikut hasil pengamatan kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006, dengan rincian tabel sebagai berikut:
   Kurikulum 2013
NO
Analisis
Kurikulum 2013
1
Strengths
(Kekuatan)
a.    Lebih menekankan pada pendidikan karakter, agar peserta didik lebih kreatif dan inovatif. Pada akhirnya diharapkan pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
b.    Memiliki sifat Eksporasi, peserta didik memiliki kesempatan untuk “mencari informasi yang luas dalam topik/tema yang sedang dipelajari”.
c.    Pendekatan Saintifik, berupa kegiatan belajar dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

2
Weakness
(Kelemahan)
a.    Penilaian Sikap spiritual dan sosial yang rumit dari sisi administratif, mengingat jumlah siswa yang bisa mencapai puluhan hingga ratusan yang harus diamati seorang guru dan perlu dipertanyakan secara substantif-merupakan aspek yang mendesak untuk dievaluasi.
b.    Beban tatap muka min. 24 jam/minggu bagi guru diluar tugas-tugas lain, jumlah mata pelajaran dan jam belajar siswa serta beban siswa, perlu dikaji kembali dengan melibatkan juga ahli psikologi pendidikan dan perkembangan, misal LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan).
c.    Rumusan Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan logika.
d.    Bertambahnya jam pelajaran perminggu, menjadi: SD 4 jam, SMP 6 jam,  SMA 2 jam, dan SMK menjai 48 jam/minggu. Dalam hal ini tidak ada penjelasan lebih lanjut. Indonesia termasuk jumlah hari tertinggi waktu belajarnya didunia, sama dengan Korea Selatan.


3
Opportunities
(Peluang)
a.    Kesiapan terletak pada guru. Guru harus terdorong kreatif dan memicu kemampuannya  melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus. Menjadi peluang bagi guru untuk lebih meningkatkan pendidikan dan pelatihan dari program sekolah.
b.    Perbedaan mendasar K13 dari KBK dan KTSP juga diklaim berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan kada Kurikulum Inti (KI). Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub tema tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS) disambungkan dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru mampu mengkaitkan keduanya.
c.    Digunakannya pendekatan tematik. Kalau ada bagian yang dipandang berbeda mungkin di sinilah letak perbedaan K13 dan KTSP. Di jenjang sekolah dasar, pembelajaran tematik K13 diberlakukan pada seluruh tingkatan kelas, sementara sebelumnya hanya diterapkan di kelas bawah (kelas 1-3). Hanya saja, berdasarkan buku-buku yang diterbitkan oleh pemerintah, struktur materi  pelajaran (sub tema) mulai kelas IV ke atas tidak lebih dari kliping materi pelajaran yang berlaku dalam KBK dan KTSP, sekedar untuk menyamarkan mata pelajaran ke dalam tema-tema yang telah ditentukan. Dengan kata lain, substansi pembelajaran pada K13 sebenarnya tidak berbeda dari sebelumnya, sebab yang berbeda hanya dalam penempatannya.

4
Threats
(Ancaman)
a.    Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013 mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan logika, sehingga berpengaruh kepada Indikator-Indikator Kompetensi Dasar dan penyusunan bahan ajar.
b.    Ditiadakannya TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) karena bukan sebagai mata pelajaran, tetapi sebagai media pembelajaran.
c.    Perbedaan mendasar K13 dan KTSP juga diklaim berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan pada Kurikulum Inti (KI). Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub tema tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS) disambungkan dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru mampu mengkaitkan keduanya.
  
           Kurikulum (KTSP) 2006
NO
Analisis
KTSP 2006
1
Strengths
(Kekuatan)
a.    Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Merujuk salah diantaranya bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum dimasa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
b.    KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri
c.    KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
d.    KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 %.
e.    KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

2
Weakness
(Kelemahan)
a.    Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan para guru.
b.    Faktor kelemahannya merupakan faktor penghambat dalam penerapan dan mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan, harus diantisipasi dan diatasi oleh pihak sekolah dan juga menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita.
c.    Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.

3
Opportunities
(Peluang)
a.    Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah dan guru, karena dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan mengembangkan berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan implementasi KTSP.
b.    KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
c.    Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.

4
Threats
(Ancaman)
a.    KTSP  membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah kebiasaan lama yakni kebergantungan pada birokrat.
b.    KTSP memerlukan kepala sekolah yang handal dalam mengembangkan kurikulum dalam menjalani sistem pengajaran, karena dibutuhkan kreatifitas, profesional yang memiliki kemampuan manajerial yang handal.
c.    Keberhasilan Implementasi Kurikulum tergantung pada faktor penentu seperti peningkatan kualitas guru, misalnya melakukan pelatihan, pendampingan, dan kegiatan kolaboratif.
d.    Penerapan KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman tertib, sehingga prosesnya berlangsung tenang dan menyenangkan. Dikarenakan kecenderungan di istilahkan Teks Book Comunication.

Levina Novi Yanti
Mahasiswa Program Magister Teknologi Pendidikan Universitas As Syafi'iyah, Jakarta

Daftar pustaka:
http://bsnp-indonesia.org
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penjelasan Undang-undang Pendidikan, http://www.hukumonline.com/pusatdata
Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muslich Mansir. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Elin Driana, Opini Kompas Senin 29 Desember 2014, Dosen Pasca Sarjana Univ. UHAMKA

0 komentar: