I.
Pendahuluan
Kurikulum merupakan
tiang penyanggah penting dalam pergerakan pendidikan di Indonesia yang dipenuhi
multiwarna sistem pengajaran. Pemerintah membuat acuan kurikulum sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai pendidikan nasional, mengacu kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional.
Pendidikan
nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial
yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.Dengan visi pendidikan tersebut,
pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan
potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar;
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan
kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang
bermoral;
4. Meningkatkan keprofesionalan dan
akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan
global; dan
5. Memberdayakan peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Didalam mengatasi
permasalahan mutu pendidikan, pemerintah telah banyak berbuat melalui
program-program peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam pembahasan
ini, penyusun berusaha memberikan penjelasan dan penggambaran Analisis Teori
SWOT pada sistem pendidikan di Indonesia dengan berpedoman serta menganalisa
pada Kurikulum 2013 (Kurtilas) dan Kurikulum 2006 (KTSP 2006).
I.
Pengertian
Analisis SWOT
Analisis SWOT
adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah
yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan
threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi
bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT
dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik
SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths)
mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi
nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Teknik ini dibuat
oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada
dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari
perusahaan-perusahaan Fortune 500.[1]
Diagram
Ilustrasi:
Berikut ini
definisi tentang elemen SWOT:
1.
Strength (Kekuatan); faktor
internal atau dalam yang cenderung memiliki efek positif (atau menjadi mampu
untuk) mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan
2.
Weakness (Kelemahan); faktor
internal atau dalam yang mungkin memiliki efek negatif (atau menjadi penghalang untuk) mencapai
tujuan suatau lembaga pendidikan
3.
Opportunity (Peluang); faktor
eksternal atau luar yang cenderung memiliki efek positif pada pencapaian
atau tujuan sekolah, atau tujuan yang
sebelumnya tidak dipertimbangkan
4.
Threat (Ancaman); faktor eksternal
atau kondisi yang cenderung memiliki efek negatif pada pencapaian tujuan suatu
lembaga pendidikan, atau membuat tujuan absurd atau malah sulit dicapai.
Apabila analisis
SWOT digunakan pada sistem pendidikan, dalam pembahasan ini adalah meninjau
Kurikulum 2013 dan KTSP 2006, maka memungkinkan bagi penyusun dan pendidikan
berbasis SD yang diamati dalam pembahasan ini
untuk mendapatkan suatu gambaran menyeluruh mengenai kondisi Kurikulum
di dua unsur berbeda tetapi memiliki tujuan sama dalam pendidikan nasional,
serta sekolah yang diamati baik dalam hubungannya dengan masyarakat,
lembaga-lembaga pendidikan, sekolah, pendidik, dan orang tua atau wali murid dimana
menjadi bagian dari sebuah institusi yang berbasis pendidikan, bahkan sampai
situasi lingkungan sekolah tersebut.
II.
Rangkuman
Kurikulum 2013 (Kurtilas)
A.
Latar Belakang
Pengertian
Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 yang
diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.
B. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan
kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran.
Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai
dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013
dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1)
tata kerja guru yang bersifat
individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;
2)
penguatan manajeman sekolah
melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
kependidikan (educational leader); dan
3)
penguatan sarana dan prasarana untuk
kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi peserta didik.
C.
Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1.
mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja
sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2.
sekolah merupakan bagian dari
masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3.
mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat;
4.
memberi waktu yang cukup leluasa
untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5.
kompetensi dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar
matapelajaran;
6.
kompetensi inti kelas menjadi
unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi
dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti;
7.
kompetensi dasar dikembangkan
didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan
memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
D.
Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
E.
Struktur Kurikulum
Kompetensi
Inti
Kompetensi inti
dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu.
Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi
sebagai berikut:
1. Kompetensi
Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi
Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi
Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi
Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Praktik
Pembelajaran Pada SDIT Gembira Kelas IV, Jatibening Baru Kabupaten Bekasi:
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDIT Gemberi
Kelas / Semester : 4 /1
Tema : Peduli
Terhadap Makhluk Hidup (Tema 3)
Sub Tema : Keberagaman Makhluk Hidup di lingkunganku (Sub Tema 2)
Pembelajaran ke : 6
Alokasi waktu : 1 Hari
Pengamatan :
Siswi Lanika S.F. Adawiyah
A. KOMPETENSI INTI
1.
Menerima dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya.
2.
Memiliki perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman dan guru.
3.
Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4.
Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
Matematika
3.13 Memahami pecahan senilai dan operasi hitung
pecahan menggunakan benda konkret/gambar
4.13 Mengurai sebuah pecahan menjadi hasil
penjumlahan atau pengurangan dua buah pecahan lainnya dengan berbagai
kemungkinan jawaban
C.
INDIKATOR
Menentukan jawaban
dari soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan
berpenyebut sama
·
Menentukan jawaban dari soal
cerita yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut
berbeda
·
Membuat soal cerita tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang merupakan bagian dari kelompok dan
menjawabnya dengan benar
D. TUJUAN
Setelah mengamati
gambar, siswa mampu menyelesaikan masalah tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda dengan benar.
·
Setelah mengamati gambar, siswa
mampu membuat soal cerita tentang penjumlahan atau pengurangan pecahan yang
merupakan bagian dari kelompok dan menjawabnya dengan benar.
E. MATERI
Soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan.
F. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan :
Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab,
Diskusi dan Ceramah
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
Kegiatan
Pendahuluan
|
Hafalan
Matrik Perkalian 1-9.
Mengajak semua siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing,
dilanjutkan dengan Pembacaan Teks
Pancasila.
Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Guru
menyiapkan fisik dan psikhis siswa
dalam mengawali
kegiatan pembelajaran, yaitu mengajak siswa menyanyikan lagu/yel-yel/tepuk
dinamika dengan materi
yang relevan dengan pembelajaran hari ini. Menginformasikan Tema/Sub Tema yang akan dibelajarkan. Menyampaikan
tujuan pembelajaran hari ini.
Selain
melihat alat peraga lainnya, siswa dapat menonton video yang terkait pembelajaran hari ini, mendatangkan narasumber, membaca
buku dari perpustakaan sekolah,
perpustakaan online/e-book.
|
10
menit
|
Kegiatan
Inti
|
Siswa mengenal soal tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan yang
terkait dengan pecahan yang merupakan bagian dari kelompok. Siswa mengerjakan
soal cerita dengan mandiri.
· Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam buku siswa.
· Siswa membuat soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan.
· Siswa menjawab soal-soal tentang pembelajaran minggu ini.
|
150
menit
|
Kegiatan
Penutup
|
Siswa menuliskan perenungan mereka di buku siswa.
Guru
menyampaikan pesan moral untuk memanfaatkan Keberagaman Makhluk Hidup di lingkunganku dengan bijak.
Tugas:
Siswa bercerita kepada orang tua tentang pengalaman belajarnya minggu
ini. Siswa juga diminta mendiskusikan hal-hal yang dapat ia lakukan agar apa
yang dipelajari dapat bermanfaat untuk dirinya dan lingkungan.
Hafalan
Matrik Perkalian 1-9.
Salam dan do’a
penutup.
Remedial
· Siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan dalam bagian evaluasi akan
mengerjakan lagi soal yang sama. Di awal, guru membimbing siswa dalam
mengerjakan soal-soal tersebut, kemudian minta mereka mengerjakan dengan
mandiri.
|
15
menit
|
H.
SUMBER DAN MEDIA
·
Diri anak, Lingkungan keluarga,
dan Lingkungan sekolah.
·
Buku Pedoman Guru Tema 3 Kelas 4
dan Buku Siswa Tema 3 Kelas 4.
·
Buku Pengembangan Diri Anak.
·
Sumber Motivasi/Inspirasi Hidup:
http://rokhmaninstitute.blogspot.com/
Video/slide/buklet/pamflet/gambar tentang Keberagaman Makhluk Hidup di lingkunganku Daun
kering atau bahan lain dari alam dan bulu ayam/burung/bebek.
I.
PENILAIAN
- Prosedur Penilaian
a.
Penilain Proses
Menggunakan format pengamatan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.
b.
Penilaian Hasil Belajar
Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan tes tulis dan lisan
(terlampir).
- Instrumen Penilaian
a.
Penilaian Proses
1) Penilaian Kinerja.
2) Penilaian Produk.
- Penilaian Hasil Belajar
·
Pilihan ganda.
·
Isian singkat.
·
Esai atau uraian.
Mengetahui
Kepala
Sekolah,
………………………………
NIP. …………………………
|
Bekasi, Desember 2014
Guru/Wali
Kelas 4A,
|
III. Rangkuman KTSP 2006
Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan
tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan
acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan
kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk:
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa;
(b) belajar untuk memahami dan menghayati;
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif;
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna
untuk orang lain; dan
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati
diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Tujuan
Pengembangan Kurikulum
Sebelum
diuraikan tentang tujuan pengembangan kurikulum, terlebih dahulu akan dipaparkan
tentang kerangka dasar kurikulum. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 6 Ayat (1) menyatakan bahwa
kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1.
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2.
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3.
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
4.
kelompok mata pelajaran estetika;
5.
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Praktik
Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas IV
Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
A. Latar
Belakang
Bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya.
Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia.
Standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar
kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal,
regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia ini diharapkan: 1. peserta didik dapat mengembangkan potensinya
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa
sendiri; 2. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber
belajar; 3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan
kemampuan peserta didiknya; 4. orang tua
dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan
daan kesastraan di sekolah; 5. sekolah dapat menyusun program pendidikan
tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan
sumber belajar yang tersedia; 6. daerah
dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.
B.
Tujuan
Mata
pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
1.
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis
2.
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
bahasa negara
3.
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan
sosial 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa 6. Menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
Indonesia.
C. Ruang
Lingkup
Ruang
lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa
dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1.
Mendengarkan
2.
Berbicara
3.
Membaca
4.
Menulis.
IV. Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006
Perbedaan
pokok antara KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (Kurikulum 2006)
yang selama ini diterapkan dengan Kurikulum 2013 yang akan dijalankan secara
terbatas mulau Juli 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam
KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan,
namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi
kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus
dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
Adapun
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih merupakan kewenangan
guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha mengembangkan dari Buku Babon (termasuk
silabus) yang telah disiapkan pemerintah.
Berikut
ini adalah perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP
No
|
Kurikulum 2013
|
KTSP
|
1
|
SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan
terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru
ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang
dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
|
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui
Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi
Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
|
2
|
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft
skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan
|
lebih menekankan pada aspek pengetahuan
|
3
|
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI
|
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
|
4
|
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan
jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
|
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata
pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
|
5
|
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan
semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan
ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri
dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
|
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
|
6
|
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan
sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
|
TIK sebagai mata pelajaran
|
7
|
Standar penilaian menggunakan penilaian otentik,
yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
|
Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
|
8
|
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
|
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
|
9
|
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang
SMA/MA
|
Penjurusan mulai kelas XI
|
10
|
BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa
|
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa
|
Sedangkan untuk Evaluasi Pembelajaran masing-masing Kurikulum adalah:
Kurikulum KTSP
|
Kurikulum 2013
|
Berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output
|
Berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan
output
|
Menekankan aspek kognitif Test menjadi cara
penilaian yang dominan
|
KurikulumMenekankan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik secara proporsional Penilaian test dan portofolio saling
melengkapi.
|
Standart penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan
|
Standart penilaian menggunakan penilaian otentik
yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
|
V. Hasil teori Analisis SWOT
pada Kurikulum 2013 dan KTSP 2006
Berikut hasil
pengamatan kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006, dengan rincian tabel sebagai
berikut:
Kurikulum
2013
NO
|
Analisis
|
Kurikulum
2013
|
1
|
Strengths
(Kekuatan)
|
a.
Lebih menekankan pada pendidikan karakter,
agar peserta didik lebih kreatif dan inovatif. Pada akhirnya diharapkan
pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu.
Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan
kesemua program studi.
b.
Memiliki sifat Eksporasi, peserta didik
memiliki kesempatan untuk “mencari informasi yang luas dalam topik/tema yang
sedang dipelajari”.
c.
Pendekatan Saintifik, berupa kegiatan
belajar dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
|
2
|
Weakness
(Kelemahan)
|
a.
Penilaian Sikap spiritual dan sosial yang
rumit dari sisi administratif, mengingat jumlah siswa yang bisa mencapai
puluhan hingga ratusan yang harus diamati seorang guru dan perlu
dipertanyakan secara substantif-merupakan aspek yang mendesak untuk
dievaluasi.
b.
Beban tatap muka min. 24 jam/minggu bagi
guru diluar tugas-tugas lain, jumlah mata pelajaran dan jam belajar siswa
serta beban siswa, perlu dikaji kembali dengan melibatkan juga ahli psikologi
pendidikan dan perkembangan, misal LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan).
c.
Rumusan Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar
mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan logika.
d.
Bertambahnya jam pelajaran perminggu,
menjadi: SD 4 jam, SMP 6 jam, SMA 2
jam, dan SMK menjai 48 jam/minggu. Dalam hal ini tidak ada penjelasan lebih
lanjut. Indonesia termasuk jumlah hari tertinggi waktu belajarnya didunia,
sama dengan Korea Selatan.
|
3
|
Opportunities
(Peluang)
|
a. Kesiapan
terletak pada guru. Guru harus terdorong kreatif dan memicu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan
calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.
Menjadi peluang bagi guru untuk lebih meningkatkan pendidikan dan pelatihan
dari program sekolah.
b.
Perbedaan mendasar K13 dari KBK dan KTSP
juga diklaim berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya berbasis
mata pelajaran menjadi didasarkan kada Kurikulum Inti (KI). Faktanya,
buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih berdasarkan
mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam
buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi sebenarnya
bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema yang telah
ditetapkan, padahal sub tema tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema.
Pada kelas 1, kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan subtema mungkin
masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu demikian untuk kelas IV.
Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS) disambungkan dengan Garis
Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah jelas tidak
jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru mampu
mengkaitkan keduanya.
c.
Digunakannya pendekatan tematik. Kalau ada
bagian yang dipandang berbeda mungkin di sinilah letak perbedaan K13 dan
KTSP. Di jenjang sekolah dasar, pembelajaran tematik K13 diberlakukan pada
seluruh tingkatan kelas, sementara sebelumnya hanya diterapkan di kelas bawah
(kelas 1-3). Hanya saja, berdasarkan buku-buku yang diterbitkan oleh
pemerintah, struktur materi pelajaran
(sub tema) mulai kelas IV ke atas tidak lebih dari kliping materi pelajaran
yang berlaku dalam KBK dan KTSP, sekedar untuk menyamarkan mata pelajaran ke
dalam tema-tema yang telah ditentukan. Dengan kata lain, substansi
pembelajaran pada K13 sebenarnya tidak berbeda dari sebelumnya, sebab yang
berbeda hanya dalam penempatannya.
|
4
|
Threats
(Ancaman)
|
a. Rumusan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013 mengandung
kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan logika, sehingga berpengaruh
kepada Indikator-Indikator Kompetensi Dasar dan penyusunan bahan ajar.
b. Ditiadakannya
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) karena bukan sebagai mata pelajaran,
tetapi sebagai media pembelajaran.
c. Perbedaan
mendasar K13 dan KTSP juga diklaim berdasarkan pengembangan kompetensi yang
sebelumnya berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan pada Kurikulum Inti
(KI). Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih
berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang
dikembangkan dalam buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang
terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema
yang telah ditetapkan, padahal sub tema tersebut tidak jelas relevansinya
dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan
subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu demikian
untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS) disambungkan
dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah
jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru
mampu mengkaitkan keduanya.
|
Kurikulum
(KTSP) 2006
NO
|
Analisis
|
KTSP
2006
|
1
|
Strengths
(Kekuatan)
|
a. Mendorong
terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Merujuk salah
diantaranya bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum dimasa lalu adalah adanya
penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi
riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
b. KTSP
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan
membentuk pribadi yang terampil dan mandiri
c. KTSP
sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
d. KTSP
akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang
lebih 20 %.
e. KTSP
memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
|
2
|
Weakness
(Kelemahan)
|
a. Penerapan
KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang
pendapatan para guru.
b. Faktor
kelemahannya merupakan faktor penghambat dalam penerapan dan mengembangkan
kurikulum sesuai kebutuhan, harus diantisipasi dan diatasi oleh pihak sekolah
dan juga menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya
akan menambah daftar persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita.
c. Kurangnya
sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
|
3
|
Opportunities
(Peluang)
|
a.
Keberhasilan atau kegagalan implementasi
kurikulum di sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah dan guru, karena
dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai
komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan
mengembangkan berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan
implementasi KTSP.
b.
KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap
sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan
daerah.
c. Mendorong
para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
|
4
|
Threats
(Ancaman)
|
a.
KTSP
membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah kebiasaan
lama yakni kebergantungan pada birokrat.
b.
KTSP memerlukan kepala sekolah yang handal
dalam mengembangkan kurikulum dalam menjalani sistem pengajaran, karena
dibutuhkan kreatifitas, profesional yang memiliki kemampuan manajerial yang
handal.
c.
Keberhasilan Implementasi Kurikulum
tergantung pada faktor penentu seperti peningkatan kualitas guru, misalnya
melakukan pelatihan, pendampingan, dan kegiatan kolaboratif.
d.
Penerapan KTSP perlu didukung oleh iklim
pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman tertib,
sehingga prosesnya berlangsung tenang dan menyenangkan. Dikarenakan kecenderungan
di istilahkan Teks Book Comunication.
|
Levina Novi Yanti
Mahasiswa Program Magister Teknologi Pendidikan Universitas As Syafi'iyah, Jakarta
Mahasiswa Program Magister Teknologi Pendidikan Universitas As Syafi'iyah, Jakarta
Daftar
pustaka:
http://bsnp-indonesia.org
Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penjelasan
Undang-undang Pendidikan, http://www.hukumonline.com/pusatdata
Wina
Sanjaya. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Muslich
Mansir. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis KompetensiElin Driana, Opini Kompas Senin 29 Desember 2014, Dosen Pasca Sarjana Univ. UHAMKA
0 komentar:
Posting Komentar