Sahabat ummi, itikaf menjadi bagian terpenting ketika bulan ramadhan,
tetapi tahukah kita apa yang menjadikan itikaf begitu dinanti dan
dicintai ketika dipenghujung Ramadhan? Dari riwayat yang disampaikan
perihal perilaku dan sunnah Rosulullah SAW di penghujung bulan Ramadhan
menjadikan i’itikaf menjadi kewajiban yang dijalani bagi sebagian umat
Islam yang tidak ingin ditinggalkan seharipun pada sepuluh hari
terakhir.
Merujuk dari pengertian Al-Hanafiyah (ulama Hanafi) berpendapat
Itikaf berdiam diri di masjid yang biasa digunakan untuk shalat
berjama’ah. Ketika digabungkan pengertian dari ulama Syafi’i menjadi
memperkaya khasanah beritikaf, yaitu berdiam diri dimasjid dengan
melaksanakan kegiatan dan amalan-amalan tertentu dengan niat kepada
Allah azza wa jalla. Berikut pengertian itikaf di syiar dan syariatkan
dari Al Quran dan Al Hadist, yaitu:
“...Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang
telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa”. (QS: Al Baqarah (2): 187).
Hadists riwayat Aisyah ra: “Bahwa Nabi Shallallahu`alaihi Wa
Sallam melakukan i’tikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan
Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau
wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan i’itikaf setelah beliau
wafat.” (HR. Muslim)
Dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam
membawa kita kepada generasi muslim yang dipenuhi rahmat berupa indahnya
beritikaf dan menjalin silaturahim di dalam masjid. Sebaik-baiknya
beritikaf tidak hanya untuk diri sendiri, dengan mensyiarkan kepada
kerabat, tetangga dan saudara agar itikaf kita bermakna dan mencintai
rumah Allah.
Dengan beritikaf, kita membiasakan diri untuk generasi penerus
Islam, yaitu yang terdekat, anak-anak kita. Miris, ketika sebagaimana
yang banyak terjadi dan terbukti, dikala sepuluh malam terakhir
sebagaian umat muslim disibukkan dengan persiapan lebaran, mudik, bahkan
‘beritikaf’ di mall. Sebaik-baiknya kita adalah yang menjadi contoh dan
syiar kebaikan dengan mementingkan kualitas ibadah dipenghujung
Ramadhan.
Masih ada waktu untuk memaksimalkan ibadah di penghujung Ramadhan
ini. Alangkah baik dan bijaknya kita mengajak anggota keluarga yang
cukup usia dan tidak mengganggu kekhusyukan para jamaah lainnya untuk
turut serta menikmati i’itikaf. Dengan diawali dengan niat beritikaf,
meskipun anak-anak belum baligh belum disunahkan untuk melaksanakan
itikaf, tetapi alangkah bijaknya jika sejak dini dipupuk rasa cinta
terhadap sunah Rasulullah SAW. Berikut cara mengikutsertakan diri
mereka:
1. Informasikan sejak dini pentingnya dan makna beritikaf, serta kenyamanan beritikaf.
2. Bekali apa yang meski dilakukan dan dilaksanakan ketika beritikaf.
3. Cukupkan istirahat dan asupan makanan sebelum beritikaf, agar fokus beritikaf tetap terlaksana.
4. Bawakan bacaan selain Al Quran, diantaranya buku-buku agama
5. Datang di waktu yang tepat agar tidak memiliki rasa jenuh berlebih, agar kualitas khusyu tetap
terjaga.
6. Membekali bacaan doa dan berdzhikir
7. Membimbing mengisi waktu beritikaf untuk shalat sunah
Photo didepan karya Lukisan Ka'bah |
Dengan pembiasaan perbekalan tarawih bersama dan ditambah keikutsertaan itikaf, InsyaAllah anak akan semakin cinta Islam.
0 komentar:
Posting Komentar