photo by: https://www.youtube.com/watch?v=O_kxCoud8hU |
photo by: http://www.dompetdhuafa.org |
Memaknai hidup dengan tulisan
photo by: https://www.youtube.com/watch?v=O_kxCoud8hU |
photo by: http://www.dompetdhuafa.org |
Dapat share dari WA, Sayang Kalau hanya share dengan kawan-kawan Di WA saja... Di Baca yuk! Pengetahuan tentang parenting, Pendidikan komunikasi dan menjaga kontak positif antara orangtua dan anak.
😊Bismillaahirrahmaanirrahiim💐
Komunikasi Parenting Dengan Bahasa Cinta😍
Bersama: Bunda Erina
(10 September 2016)
Komunikasi merupakan kegiatan yg pasti terjadi khususnya dalam keluarga (suami-istri, ibu-anak, ayah-anak, antar anak). Komunikasi perlu dibangun scra harmonis agar terbangun pendidikan yg baik dalam keluarga.
Komunikasi (istilah) adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain yg umumnya dilakukan secra verbal (lisan); atau non verbal (gerak badan, sikap tertentu).
Komunikasi efektif bila pesan yg disampaikan diterima sama (komunikasi dua arah). Jika komunikasi terganggu (distorsi) karna hambatan (noise) maka terjadi salah persepsi/salah paham.
Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan masing2 dalam mendeskripsikan bahasaa cintanya. Seseorang akan merasa disayangi atau menunjukkan rasa sayangnya ke keluarga, teman, dapat diketahui dari 5 bahasa cinta😊
1. Pujian (perlu bahasa verbal #terima kasih ya, abi sayang kamu nak,...)
2. Hadiah (merasa sayang/disayangi jika diberi hadiah)
3. Sentuhan fisik (dipegang pundaknya tuk memberi semangat, digandeng saat berjalan bersama, dirangkul saat sedih, marah, dsb)
4. Pelayanan (disiapkan keperluan sekolah, kerja, mandi, belajar, makan, minum, dst)
5. Quality time (waktu yg berkualitas, #umi, aku senang deh kemarin jalan berdua abi dibelikan pensil😊)
Lima poin itu bisa dijadikan referensi tuk mengetahui kecenderungan pasangan, putra/i, agar memaksimalkan bahasa cinta yg nantinya berdampak pada komunikasi (samakan persepsi).
Komunikasi berdampak positif membentuk karakter orangtua & anak, membuat hubungan menjadi baik yg nantinya turut memberikan kepercayaan diri pada anak.
Sementara kurangnya komunikasi, miss komunikasi, komunikasi yg salah (emosional, berrbicara kasar, tidak ada yg mau mengalah, dll) berdampak pada renggangnya hubungan.
🌻Komunikasi verbal itu hanya 12% yg tersimpan/teringat di database manusia, berupa yg kita tangkap secara sadar, analisa, pertimbangan, baik buruk, dll. Selebihnya 88% memori tersimpan ditangkap dari komunikasi non-verbal (alam bawah sadar)..... Penjelasannya bisa search😊
Komunikasi non verbal inilah yg dapat digunakan tuk mensugesti sikap positif (ect anak yg tantrum #Anak baik, soleh, soleha, anteng, pintar, duduk manis, anak hebat, kamu bisa, cerdas,....) bisa dimaksimalkan (pintu gerbang komunikasi non-verbal terbuka) saat seseorang 🏡Fokus 🌾Emosi 🌸Terkejut.
Kita perlu melakukan pengucapan kata2 secara berulang (minimal 30hari), gunakan kata sekarang (#sekarang kamu bisa bangun pagi ya nak😉 hebat👍) sambil memberi anker (alarm tanda #tepuk pundaknya), lakukan secara emosional (bahasa yg lembut, diusap,, ...)
Apalagi jika kata2, sikap tsb datang dari orang yg didengar/dipercaya/figur anak, pasangan.
Komunikasi keluarga dimulai suami istri yg bersama-sama terintegrasi hendaknya memaksimalkan kesabaran, terus menerus (istiqomah), dan berkomitmen mengusahakan yg terbaik. Jika ingin putra/i nya baik kuncinya adalah orangtua🏡. Fokus pada kebaikan atau kelebihan2 anak (toh dari pecicilannya sekali waktu ananda bisa duduk anteng kaan😊)
Terutama bunda ketika mengandung mulai 3 bulan 10 hari (saat Allah tiupkan ruh) sugestikan positif (emosi, murottal, dsb). Berdampak secara tak langsung ktika ananda lahir. Semua sikap masih bisa diperbaiki (salah satunya efektifkan komunikasi non verbal.... Database manusia yg bisa berubah ubah)😍.
Tambahan: Grafologi (tulisan tangan seseorang) bisa tuk mengetahui kondisi saat itu atau jangka panjang. Apakah tulisannya tegak (lurus), miring ke kanan, kiri, condong kebelakang; kuat hingga membekas belakang halaman, hurufnya sama, dsb.
😍moga bermanfaat😃
Assalamualaikum, selamat pagi blogger..
Cukup lama blog nggak di sapa, banyak cerita lewat photo sayang dilupakan apalagi dibuang. Satu diantaranya kesan dan kenangan luar biasa ketika di tanggal 18 December 2016 momen berharga jadi titik awal langkah Lanika anak saya memutuskan untuk ikut tes ujian masuk Ponpes Husnul Khotimah (HK).
Awalnya Lanika gelisah dan nggak pernah mau di pesantren. Dibenaknya terpikir bahwa pesantren berarti disisihkan dari keluarga, penyebabnya juga bermula dari kami juga sebagai orangtua yang kurang mampu komunikasikan tentang pesantren dan tujuan pesantren. Pernah suatu kali kami sebagai orangtua terucap ke dia jika nggak mau di atur akan di pesantren (sadar berbahasa cukup sadis), yang ada justru Lani semakin ngambek dan gak mau. Memang benar adanya, semakin diri menghadapi ada tanpa kesabaran ketika meranjak pra-remaja justru bikin dia semakin emosi. Seperti kata orang bijak "Anak akan bercermin dari orangtua, atau sebaliknya anak cerminan orangtua".
Ketika semakin kami sadari kekurangan kami dalam mendidik anak-anak dalam hal ini khususnya Lanika ketika dia sangat kritis dan kecerdasannya bikin kami sadar ilmu agama dan cara didik yang masih terbatas, di atas itulah kami merasakan butuh pendamping lain untuk menjaga dan memdidiknya dengan cara lebih baik yang sesuai dengan Akidah dan akhlak agama Islam. Serta ketika saya semakin menyadari Lanika butuh lingkungan yang lebih baik dalam Pendidikan dan hubungan sosial, dengan saya melihat kilas balik masa pertumbuhannya dengan lingkungan pertemanan di SD dengan jumlah tenant Kelas yang sama hanya kisaran 19 teman hingga 5 tahun dan dipertemukan dengan teman kelas pararel ketika sekolah putuskan disatukan di kelas 6 hingga jumlah kawan kelas menjadi 34 Siswa.
Setelah saya sharing ke kawan guru kondisi Phisikologis Lani masih sempat kepikiran cercaan dan julukan dia dapat hingga kini sehubungan dengan kondisi phisiknya menjadi julukan dari kawan kelas terutama kawan laki-laki, sehingga membuat dia suka tanya apa benar yang dibilang kawannya bahwa dia 'jelek'. Uuuh sebal juga sebenarnya kalau dia sudah cerita abis dikatain gino, dower, item, dll. (jadi curcol 😄) Akhirnya teman guru-Ibu Iffah anjurkan Lani untuk diberikan lingkungan Pendidikan lanjutan yang lebih baik untuk phsikologisnya dan kalau bisa pesantren untuk Pendidikan agamanya yang lebih baik, dan bu Iffah referensikan ke HK
Photoright: priceline.com
|
Photoright: 1001malam.com
|
Photoright: sebandung.com
|
Photoright: deranchlembang.com
|
Photoright: sebandung.com
|
levinayanti.com - Bedah Buku Quantum Learning tercipta dengan pemikiran karena belajar sangat menyenangkan, setiap kita bisa belajar dari si...